waktu itu apa?

kesunyian yang utuh adalah kesunyian yang ada akibat tamparan akan masa lalu yang tak kunjung hilang karena ditelan bahkan dikunyah oleh waktu. waktu adalah sasaran utama dari semua kesalahan yang ada. karena waktu, seseorang dapat terperangkap jauh dalam empuknya bayangan keresahan. waktu membuat segalanya begitu nyata. kehidupan ada karena adanya waktu. dunia berotasi bahkan berevolusi pun karena adanya waktu. begitu pentingnya keberadaan sang waktu. tetapi kenapa waktu berenkarnasi menjadi cukup kejam saat berhadapan dengan perasaan abstrak bernama cinta? waktu waktu dan waktu. teruslah ada dan teruslah berputar. cukup sabar menikmati setiap waktu yang tersisa.

bintang yang lain

Terdampar cukup jauh dari lingkup keterpurukan yg berbingkai kegalauan. Dunia bersama seluruh aktornya tidak akan membiarkanmu jatuh terlalu lama. Terkadang, keindahan dari pesona dunia akan terpancar begitu memijar, ketika semangat itu mampu bangkit dari asa yg telah pupus. Matahari terbit selalu mempesona. Bukan karena wujud agungnya, terlebih karena kita telah lama beradu gelap dengan gulitanya malam. Habis gelap terbitlah terang. Kehilangan, bukan satu-satunya alasan untuk terus terpuruk dalam ruang kegalauan. “Tuhan sedang tidak bermain dadu di hidup ini”. Bintang terlalu indah berkerlap-kerlip dari panggung galaksi di atas sana. Tapi jika waktunya tiba, biarkanlah bintang itu jatuh dengan iringan percikan api yang indah sebagai salam perpisahan. Selamat jalan bintang.. masih banyak ribuan bahkan milyaran bintang lain di galaksi sana. Dan pastinya satu dari milyaran itu pasti siap bersinar bagai lampu sorot untuk panggung kehidupanku.

Tanpa Judul

Berteman dengan sunyi, bersenda-gurau dengan rindu. Terjatuh, dan mungkin terluka. Terkadan kesunyian dapat menjadi satu-satunya tempat untuk beradu. Dan kadang rindu dapat menjadi sarana yg tepat untuk berontak. Konflik. Siapa org dengan akal sehat yg ingin beradu dengan konflik? Terpuruk itu relatif. Hidup ini membias dan berbisa. Masih telengkup di atas tempat tidur dengan buku tulis dan tetap setia mengayuhkan tulisan menggunakan pena dengan pikiran dan harapan yg telah kosong.